Rabu, 26 Januari 2011

FF Super Junior :: Hate You! Love You! (Part. 2)

Genre : Romance

Cast :
-Kim Ryeowook as Wookie/Yeoja
-Lee Sungmin as Minnie/Yeoja
-Lee Donghae as Donghae/Oppa from Minnie
-Cho Kyuhyun as Kyu/Namja
-Leeteuk as Appa from Kyu
-Heechul as Eomma from Kyu
-Choi Siwon as Appa from Donghae
-Yesung as Appa from Wookie


_Author POV_

Wookie pun duduk di sebelah Minnie.
"Annyeong. Naneun Wookie imnida."

"Annyeong. Naneun Minnie imnida."

"Kenapa kau pindah sekolah, Chingu?"

"Ya...begitu. Appa ku pindah dinas ke daerah ini, jadi aku ikut pindah sekolah juga ke daerah ini. Tapi aku sangat senang. Kau tahu? Sekolah ini sudah aku impi-impikan sejak dulu."

"O...geuraeyo. Beruntung sekali kau, Wookie! Aku harap kita bisa berteman baik, ya."

"Kkekkekke. Ne, Minnie. Aku juga berharap begitu."

(2 jam kemudian....)

'DING! DONG!'
Suara bel pun terdengar nyaring di telinga.

"Akhirnya istirahat juga. Ayo, Wookie, kita keluar saja!" seru Minnie. Tetapi tidak ada respon dari Wookie.


_Minnie VOP_

"Wookie!"
Aku sudah memanggil-manggil Wookie sampai dua kali tetapi dia tetap tidak merespon.

"Hhm....Kenapa dia jadi mendadak budek gitu ya?" ucapku. Dengan sigap, aku berjalan ke belakangnya. Selidik demi selidik, ternyata dia sedang memperhatikan Kyu.

"Pantas saja. Hhm....aku kerjai saja Wookie."

"Kebakaran! Kebakaran!" teriakku tepat di telinga Wookie. Ia pun tersentak dari tempat duduknya sambil berteriak-teriak.

"Ha? Kebakaran! Kebakaran! Kebakaran dimana?!" teriak Wookie dengan tidak sadar karena kaget. Akhirnya lama-kelamaan sepertinya ia mulai menyadari kalau sebenarnya tidak ada kebakaran.

"Hey. Tunggu dulu. Apanya yang kebakaran? Sepertinya suasana disini baik-baik saja," ujar Wookie. Lalu ia menengok ke arahku.

"Minnie!"

"Ne, Wookie. Hahaha. Bagaimana melamunnya? Sudah selesai?" ledekku pada Wookie.

"Mwo? Aku tidak melamun."

"Hayo! Kau berbohong. Bukankah daritadi kau selalu memperhatikan namja itu. Itu lihat! Wajahmu saja memerah seperti kepiting rebus," ucapku sambil menunjuk ke wajahnya yang memerah.

"Baiklah. Aku mengaku."
Aku dan Wookie terus saja bercanda di pojokan. Kyu pun beranjak dari duduknya lalu keluar kelas. Mungkin ia risih melihat kami tertawa terbahak-bahak. Wookie pun kembali memperhatikan Kyu yang berjalan ke luar kelas.

"Jadi, siapa namanya?" tanya Wookie.

"Mwo? Siapa?" jawabku heran.

"Namja itu."

"Oh. Dia Kyu. Waeyo? Kau menyukainya ya?"

"Anio! Aku hanya ingin tahu saja."
Sepertinya Wookie pun juga menyukai Kyu. Aku pun bingung setengah mati.

"Masa aku harus bersaing dengan chingu ku sendiri?" batinku.


_Author POV_

'DING! DONG!'
Bel masuk pun berbunyi. Semua siswa masuk ke dalam kelas.

"Pelajaran apa yang akan kita pelajari saat ini, Minnie?" tanya Wookie.

"Matematika, Chingu."

"Mwo? Matematika? Aku tidak suka pelajaran matematika."

"Jinjja?"

"Ne, Chingu."

"Kau tahu? Kyu itu sangat pintar di bidang matematika. Dulu ia juga pernah update status di facebook kalau matematika itu adalah hidupnya."

"Hahaha. Namja itu ada-ada saja."
Wookie tertawa terbahak-bahak dan lupa diri bahwa seonsaengnya sedang menerangkan di depan kelas.

"Kamu! Anak baru!" seru seonsaeng itu. Wookie pun lalu terdiam.

"Aku?" ucap Wookie sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Ne, Kau. Maju ke depan dan kerjakan soal yang ada di papan tulis.

"Mwo?" Wookie pun kebingungan.

"Bagaimana ini, Minnie?" tanya Wookie pada Minnie. Wookie pun maju ke depan kelas dengan ragu. Dan ia keringat dingin karena tidak bisa mengerjakan soal tersebut.

"Yasudah. Duduk sana. Lain kali hargai orang yang sedang menjelaskan di depan kelas."

"Baik, Pak."

"Kyu! Tolong kau kerjakan soal ini," panggil seonsaeng itu. Kyu pun melangkah ddngan pasti dan mengerjakan soal yang ada di papan tulis dengan lancar.

"Selesai!" seru Kyu.

"Mwo? Daebak!" Wookie pun tersentak melihat kehebatan Kyu.

"Ya. Jawabanmu sempurna, Kyu!" puji seonsaengnya. Wookie pun masih terpesona melihat kehebatan Kyu. Suasana kelas kembali hening.

(Beberapa saat kemudian....)

'DING! DONG!'
Suara bel pulang tiba-tiba memecahkan suasana keheningan di kelas.


_Minnie POV_


"Akhirnya pulang juga," ucap Wookie. Ia pun melihat ke sekeliling kelas.

"A? Dimana Kyu? Apakah kau melihatnya, Minnie?" tanya Wookie.

"Anio, Wookie. Tapi sepertinya ia sudah keluar kelas daritadi."

"Jinjja?" Wookie langsung berlari keluar untuk mencari Kyu.

"Hey! Kau mau kemana Wookie?" Aku pun bingung. Aku segera keluar kelas mengikuti Wookie.

(Di gerbang sekolah....)

Ku lihat Wookie dan Kyu sedang bercakap-cakap di gerbang sekolah. Sepertinya mereka ingin bertemu jam 5 sore di sebuah taman, tapi selebihnya aku tidak mendengarnya lagi. Tak lama, Wookie pun pergi menghampiriku.
"Hey Minnie. Ku kira kau masih di kelas."

"Ah Anio, Wookie."

"Yasudah. Ayo kita pulang."

"Tunggu. Memangnya kau pulang ke arah mana?"

"Kesana," ucap Wookie sambil menunjuk ke arah kanan.

"Jinjja? Berarti kita searah. Ayo!"
Aku pun pulang bersama Wookie.

"Hey Wookie. Aku baru sadar. Kenapa kakimu itu? Digigit anjing ya? Hahaha."

"Ah sial. Jangan meledekku. Tadi pagi aku diserempet motor oleh seorang namja yang tidak bertanggung jawab."

"Omo! Kasihan kau, Wookie."
Kami melanjutkan perjalanan. Lalu kami berhenti di depan rumahku.

"Kenapa berhenti? Apa ini rumahmu?"

"Ne, ayo masuk," aku pun menarik Wookie.

"Tapi...."

"Sudah menurut saja. Daripada kakimu menjadi parah?"

"Baiklah."

(Di dalam rumah Minnie....)


"Tunggu sebentar ya. Aku ingin ke kamar dulu mengambil kotak P3K sekalian mengambilkan minum untukmu. Kau duduk saja dulu.

"Ne. Mianhaeyo sudah merepotkanmu."

"Ne, gwaenchanayo. Kita ini kan chingu."


_Author POV_

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 4 sore.

"Aku pulang! Minnie! Apa kau sudah pulang?" teriak Donghae dari ambang pintu.

"A~siapa itu?" ucap Wookie. Wookie langsung berjalan menuju sumber suara itu.

"Sepertinya aku pernah bertemu dengan namja itu," ucap Wookie berbisik. Semakin lama Wookie semakin mendekati namja itu.

"Omo!! Kau lagi?!"

"Annyeong. Kita bertemu lagi. Sedang apa ku di rumahku? Mau menemuiku, ya? Kkekkekke," kata Donghae dengan sangat PD.

"Mwo? Rumahmu? Ini rumah chinguku Minnie. Bukan urusanmu, namja babo. Dan aku tidak ingin menemuimu. Bisa-bisa aku mimpi buruk setelah bertemu denganmu."
Mendengar keributan di luar, Minnie langsung pergi menuju ke ruang tamu.

"Mwo? Mengapa Wookie tidak ada? Apa dia pulang?"
Minnie pun langsung menuju ke depan rumah.

"Disini rupanya," ucap Minnie.

"Oppa? Kau sudah pulang?" tanya Minnie.

"Ne, Saeng. Ini chingu mu?" jawab Donghae.

"Mwo? Oppa?" tanya Wookie di tengah-tengah percakapan Minnie dan Donghae.

"Ne, Chingu. Waeyo? Apa kau mengenalnya?"

"Anio, Chingu. Aku tidak mengenalnya."

"Hey! Bukankah kau mengenalku?" sambung Donghae.

"Sudahlah masalah kita tadi pagi tidak usah dibahas lagi."

"A~kalian ini main rahasia-rahasian. Ada apa sih?" ucap Minnie kesal.

"Jadi begini, Saeng. Tadi pagi aku hendak berangkat ke sekolah dan aku terburu-buru. Jadi, ya...." kalimat Donghae terputus.

"Ooooh. Jadi Oppa yang menyerempet chingu ku? Dasar Oppa!" sambung Minnie sambil menjewer Donghae.

"Aduh! Saeng! Sakit tahu. Lepaskan!"

"Wookie, mianhae. Gara-gara nae oppa kakimu jadi terluka begitu. Oppa, cepat minta maaf pada chingu ku."

"Wookie, mianhaeyo," pinta Donghae.

"Ne," jawab Wookie singkat.


_Donghae POV_

Senang sekali aku hari ini. Akhirnya aku mengetahui siapa nama yeoja itu. Dan bisa bertemt dengannya lagi di rumahku. Tetapi aku sangat merasa bersalah karena telah membuatnya celaka.

"Saeng, sini. Biar oppamu saja yang mengobati luka chingumu," ucapku sambil merampas kotak P3K yang ada di tangan Minnie. Aku pun mengobati luka Wookie dengan pelan-pelan.

"Nah, sudah. Sekali lagi mianhaeyo, Wookie."

"Gomawo, Oppa."

"Mwo? Dia memanggilku oppa? Hahaha. Ternyata dia bisa bersikap manis juga padaku," batinku.

"Wookie, waeyo? Sepertinya kau gelisah sekali?"

"Gwaenchanayo. Hanya saja aku ada janji pada seseorang jam 5 sore."

"Janji dengan siapa? Mau ku antarkan?"

"Anio, Oppa. Aku bisa jalan sendiri."

"Baiklah."
Aku sedih sekali. Rasanya baru sebentar aku bercakap-cakap dengannya. Dia sudah ingin pulang. Aku pun mengantarnya sampai depan rumah. Aku terus memperhatikan langkahnya sampai ia sudah tidak terlihat lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar